Nelangsa

    Sudah tiga bulan perkuliahan berjalan, sudah lima bulan saya berstatus mahasiswa jurusan Pendidikan Teknik Elektro UPI (Universitas Pendidikan Indonesia), sebuah PTN yang bagus, tapi tidak terlalu bagus dan jauh dari kata jelek mengingat tempat saya kuliah sekarang ini adalah Pusat Universitas Keguruan se-Indonesia. Saya pun tidak perlu kost mengingat jarak rumah kakek saya-kampus hanya 3 Km, Saya kerap berangkat lima belas menit perkuliahan dimulai. Kampus ini juga adalah kampus tiga generasi, Nenek, Paman dan sekarang saya kuliah disini, bahkan dua paman saya adalah alumni jurusan Elektro juga. Saya pun puas dengan akreditasi jurusan yang sudah mendapat predikat 'A'
    Namun hingga sekarang saya tetap tidak bisa mensyukuri kampus yang telah berbaik hati menerima saya ini, Kampus ini memang pilihan kedua saya di SBMPTN 2013 lalu dibawah pilihan kesatu saya FMIPA ITB dimana disana bernaung jurusan yang saya impikan sejak SD, Astronomi. Disisi lain saya pun mengikuti SPMB-PTAIN untuk lulus sebagai mahasiswa UIN dimana ketika SMA saya memang sangat ingin merasakan bangku kuliah ilmu agama, juga menunjang mimpi saya kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo. Ketika SMA pun saya sendiri merasa bosan belajar ilmu yang berbasis pada ilmu alam dan ilmu sosial, ditambah saya yang memang sejak SD selalu menjadi anak nakal membuat saya termotivasi untuk kuliah ilmu agama. Saya sempat dengan tegas bicara ke ibu saya yang memotivasi saya untuk masuk ITB "Mah, Tito udah gak minat ke ITB, Tito pengen ke UIN, UIN mana aja gak apa-apa" begitu juga ketika ditanya guru Bimbingan Ilmu Pendidikan di bimbel NF saya selalu menjawab "UIN bu" saya bahkan mengikuti Bimbel pada bidang IPC mengingat SPMB-PTAIN tulis untuk jurusan keagamaan saya harus menjajal test bidang studi IPS.
   Kebetulan saya akhirnya diterima di Pendidikan Teknik Elektro UPI pada SBMPTN dan diterima pada jurusan Aqidah Filsafat UIN Jakarta pada SPMB-PTAIN 2013. entah angin apa yang akhirnya membuat saya memilih UPI pada saat itu, lingkungan di sekitar saya memang mendukung saya untuk memilih UPI pada saat itu, ataukah karena saya terlalu takut dengan komentar-komentar miring bila saya kuliah di UIN Jakarta. Saya sadar saat memilih, saya sudah berusaha untuk melupakan dua kampus yang saya impikan, dimana menjadi mahasiswa jurusan astronomi ITB adalah impian saya sejak SD, dimana saya menaruh harapan dengan saya menjadi mahasiswa UIN Jakarta saya akan menjadi Insan yang religius, Jauh dari cap "Nakal" yang tujuh belas tahun hidup saya selalu melekat. Walaupun saya tetap meratapi, terutama untuk UIN Jakarta, hingga sekarang.
  Dahulu Saya sama sekali tidak tertarik untuk kuliah di tempat kuliah saya sekarang, dahulu saya sama sekali tidak memandang kampus saya sekarang walau setiap hari saya melewatinya, walau teman-teman di sekolah sangat memimpikan untuk kuliah di PTN, bahkan ketika saya menjadi (mungkin) satu-satunya murid di sekolah yang lolos jalur SBMPTN (d/h SNMPTN tertulis) ke kampus saya sekarang, saya tetap sangat meratapi apa yang saya anggap pilihan salah ini, nilai saya pun terancam nasakom alias nasib satu koma.
  Saya tidak tahu apakah tahun depan saya masih akan tetap kuliah disini atau tidak, tapi saya rasa saya harus berusaha bangkit dan berubah dahulu pada semester kedua, karena ketika memilih untuk kuliah di tempat saya sekarang saya selalu memindset kata yang entah saya dengar dari mana "Bukan Almamater yang membesarkan nama kita, melainkan kita yang harus membesarkan nama Almamater"

Komentar

Postingan Populer